“Wahai
Yang Maha Agung, aku ini hambaMu. Aku menghubungimu semata-mata ingin
mengadu padaMu ya Allah. Wahai Yang Maha Mendengar, aku ingin mengadu
kepadaMu bahawa hatiku telah berlubang!”
“Wahai hambaKu. Jika Aku menimpakan suatu musibah ke atas kamu
pada badanmu, lalu kamu menerima musibah itu dengan penuh kesabaran,
nescaya di hari kiamat Aku malu untuk menegakkan bagimu neraca timbangan
atau membuka buku catatan amalmu.” [1]
“Akan tetapi Allah, lubang di hatiku ini sangat menyakitkan. Dan ini juga bukan kemahuanku.”
“Wahai
hambaKu, barangkali kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu,
dan barangkali kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu.
Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” [2]
“Yang penting lubang di hati ini sangat dalam. Dan aku mohon pertolonganMu, mengapa tidak Engkau tutupkannya saja.”
“Jika
sekiranya Aku mahu, nescaya akan Kuberikan kepadamu wahai kekasihKu.
Akan tetapi telah tetaplah kata-kataKu: Wahai dunia! Pahitkanlah
kehidupan para kekasihKu, janganlah sekali-sekali engkau memaniskannya,
kelak engkau akan memfitnahinya.” [3]
“Oh
begitu rupanya… Sungguh Maha Penyayang Engkau wahai Tuhanku, melindungi
aku daripada fitnah dunia. Maka, sekarang aku memohon agar Engkau
memberikan aku kekuatan ya Allah.”
“Sesungguhnya Aku sekali-kali tidak membebani seseorang, melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” [4]
“Terima kasih Tuhan, bolehkah Engkau selalu mengingatkan aku di saat aku lupa wahai Tuhanku…?”
“Tentu.
Sesungguhnya Akulah yang menciptakanmu dan mengetahui apa yang
dibisikkan oleh hatimu, dan Aku lebih dekat kepadamu daripada urat
lehermu sendiri.” [5]
“Tuhanku, aku sangat-sangat berharap Engkau sentiasa ada bersama denganku.”
“Wahai
hambaKu, ketahuilah bahawa Aku sentiasa berada dalam sangkaanmu, dan
Aku ada bersamamu ketika kamu menyebutKu. Bila kamu menyebut-Ku dalam
dirimu, Aku menyebutmu dalam Diri-Ku. Bila kamu menyebut-Ku dalam
khalayak ramai, Aku menyebutmu dalam khalayak yang lebih baik daripada
itu. Bila kamu mendekat kepada-Ku satu jengkal, Aku mendekat kepadamu
satu hasta. Bila kamu mendekat kepada-Ku satu hasta, Aku mendekat
kepadamu satu depa. Bila kamu datang kepada-Ku dengan berjalan kaki, Aku
datang kepadamu berlari-lari.” [6]
“Aku ingin menjadi hambaMu yang sebenar-benarnya wahai Tuhanku…”
“Tanda
pengenalan hamba-hamba-Ku di hatinya terhadap-Ku ialah dengan menyangka
baik terhadap qadar-Ku, tiadalah dikeluh-kesahkannya hukum-hukum-Ku,
tiadalah dirasakannya lambat kurnia-Ku dan senantiasa malu berbuat
maksiat.” [7]
“Wahai
Allah! Sesungguhnya aku bersaksi bahawa tiada Tuhan yang layak disembah
selain Allah. Dan aku berjanji akan selalu mengingatiMu lebih daripada
segala yang lain.”
“Sesungguhnya
Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka
sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingati Aku.” [8]
SubhanAllah. Alhamdulillah. Allahuakbar. La ilaaha illAllah. La hawla wala quwwata illa billah.
Lalu ku putuskan talian itu kerana ku tahu sebentar lagi akan ku hubungiNya lagi.
Terima kasih Allah.
Yang tak pernah jemu melayan kerenah ku.
Yang lebih dekat kepadaku berbanding urat leherku.
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang terhadap hamba-hambaNya.
Terima kasih ya Allah!
“Dan
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang
berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi
(segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka
selalu berada dalam kebenaran.” (Al-Baqarah: 186)
SISIPAN AYAT-AYAT AL-QUR’AN DAN HADIS QUDSI
1.
Berkata Anas r.a. bahawasanya Nabi SAW bersabda: “Allah telah
berfirman: Jika Aku menimpakan suatu musibah ke atas salah seorang
hamba-Ku pada badannya, atau hartanya, atau anaknya, lalu dia menerima
mushibah itu dengan penuh kesabaran, nescaya di hari kiamat Aku malu
akan menegakkan baginya neraca timbangan atau membuka buku catatan
amalnya.” (Riwayat Qudha’I, Dailami, Hakim dan Tirmidzi)
2.
“…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan
boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;
Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216)
3.
Berkata Ibnu Mas’ud ra. bahwasanya Nabi Saw. telah bersabda: ”Allah
telah berfirman: Wahai dunia! Pahitkanlah kehidupan para kekasih-Ku,
janganlah sekali-sekali engkau memaniskannya, kelak engkau akan
memfitnahinya.” (Riwayat Qudha’i)
4.
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya
dan ia mendapat seksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka
berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau
kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami
beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum
kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak
sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan
rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap
kaum yang kafir.” (Al-Baqarah: 286)
5.
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa
yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada
urat lehernya.” (Qaff: 16)
6.
Dari Abu Hurayrah r.a., katanya: Bersabda Rasulullah Saw.: “Berfirman
Allah Yang Maha Agung: Aku berada dalam sangkaan hamba-Ku tentang Aku,
dan Aku bersama-nya ketika ia menyebut Aku. Bila ia menyebut Aku dalam
dirinya, Aku menyebut dia dalam Diri-Ku. Bila ia menyebut Aku dalam
khalayak, Aku menyebut dia dalam khalayak yang lebih baik dari itu. Bila
ia mendekat kepada-Ku satu jengkal, Aku mendekat kepadanya satu hasta.
Bila ia mendekat kepada-Ku satu hasta, Aku mendekat kepadanya satu depa.
Bila ia datang kepada-Ku berjalan kaki, Aku datang kepadanya
berlari-lari.” (Riwayat Bukhari, Muslim, Ibn Majah, At-Tirmidzi, Ibn
Hanbal)
7.
Berkata Abu Hurairah r.a. bahawasanya Nabi SAW bersabda: “Allah telah
berfirman: Tanda pengenalan hamba-hamba-Ku di hatinya terhadap-Ku ialah
dengan menyangka baik terhadap qadar-Ku, tiadalah dikeluh-kesahkannya
hukum-hukum-Ku, tiadalah dirasakannya lambat kurnia-Ku dan senantiasa
malu berbuat maksiat.” (Riwayat Dailami)